Penyebab Timbulnya Inflasi
Timbulnya Inflasi antara lain disebabkan oleh :
- Inflasi Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti:
- Interaksi permintaan-penawaran (permintaan lebih tinggi dari pada penawaran dapat menimbulkan inflasi).
- Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang.
- Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen.
- Inflasi non Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen inflasi non inti terdiri dari :
- Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food) : Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional.
- Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah (Administered Prices) : Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dll.
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.
Faktor penyebab terjadi demand pull inflation merupakan tingginya permintaan barang & jasa nisbi terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, syarat ini digambarkan sang output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar menurut pada kapasitas perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi sang perilaku warga & pelaku ekonomi pada menggunakan ekspektasi angka inflasi pada keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di taraf penghasil dan pedagang terutama pada ketika menjelang hari-hari akbar keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) & penentuan upah minimum regional (UMR). Meskipun ketersediaan barang secara umum diperkirakan mencukupi pada mendukung kenaikan permintaan, tetapi harga barang & jasa pada ketika-ketika hari raya keagamaan semakin tinggi lebih tinggi dari komdisi supply-demand tersebut. Demikian halnya pada ketika penentuan UMR, pedagang ikut juga mempertinggi harga barang meski kenaikan upah tersebut nir terlalu signifikan dalam mendorong peningkatan permintaan.
Artikel Yang Perlu Diketahui :
Referensi :- Bank Indonesia