Ide-ide Kreatif Netizen Indonesia, dalam Mengkritisi Pemerintah, Ironi Sekaligus Lucu

Perkembangan dunia Teknologi Informasi waktu ini memberikan kemudahan yang signifikan.

Contohnya dahulu saat kita merindukan sahabat atau sanak saudara yang jauh, kita berkirim keterangan & kabar via Surat, ketika ini relatif dengan ketikan jari fakta informasi itupun tersampaikan.

Dahulu, dalam mengkritik baik itu teman, juga pemerintah paling hanya sanggup kita lakukan saat sedang bersama atau berkumpul dengan kolega dan saling berdebat kusir tentang permasalahan apapun yang sedang terjadi.

Sekarang, pada era digital ini, kita punya banyak sekali macam sosial media, yang selalu berada pada genggaman kita.

Kita bebas mengutarakan isi hati ataupun unek-unek kita kedalam perangkat digital kita, seakan-akan kita punya surat liputan sendiri yg kita tulis sendiri & kita sebarkan sendiri.

Begitu gampang dan cepatnya fakta apapun yg sedang terjadi sebagai viral didunia digital. Porta kabar pribadi yg sebagai bagian kehidupan kita sehari-hari, facebook, twitter, instagram & masih banyak media sosial lainnya.

Ide Kreatif Netizen Mengkritisi Pemerintah

Yang terkadang terdapat aja wangsit-inspirasi kreatif menurut para netizen Indonesia dalam mengkritisi pemerintah, bertentangan dengan harapan sekaligus lucu yg mungkin nir akan pernah kita temui di portal informasi mainstream yang ada dalam ketika ini semacam kompas, dtk, cnn, dan lain sebagainya.

Netizen umum dalam ketika ini lebih bahagia menerima kabar atau keterangan bukan dari media-media mainstream yang ada waktu ini, mereka lebih mengutamakan mencari kabar sebenarnya, bukan menurut media takut bersuara dan terkesan menyembunyikan informasi yg sebenarnya, karena mereka dekat dengan penguasa.

Padahal, kalau mereka mau jujur, mereka sadar bahwa berita yang mereka sajikan akan membuat Netizen meninggalkan mereka. Ikuti perubahan, atau tergerus perubahan, ikuti perkembangan teknologi informasi saat ini atau akan tergilas oleh perkembangan teknologi itu sendiri.

Berikut saya rangkum beberapa goresan pena atau status menurut netizen Indonesia yg kritis, bertentangan dengan harapan sekaligus lucu :

Status Setiawan Bud

Pendukung Jokowi waktu pilpres berjumlah 53juta orang.

Kalau 53 juta ini menyumbang 10ribu/orang, maka akan didapat dana fresh 530M.

Kalau pada naikkan sumbangan mereka 100ribu/orang, maka akan jadi lima.3Triliun.

Setiap bulan kayak gitu...Maka akan membantu Indonesia 60T/tahun. Tiga tahun Jokowi menjabat, harusnya mampu terkumpul 180 Triliun berdasarkan pendukung Jokowi. Lumayan kan mampu buat jalan TOL....TIL....& TUL...

Coba deh....Pak Jokowi berbicara pada pentolan2 pendukungnya yg bernama Projo, baja, atau apalah namanya. Ajak makan pada istana dan bicarakan mengenai sumbangan itu. Kalau mereka sanggupi, kami akan lihat kalkulasi perolehannya selama setahun. Kalau sanggup mengumpulkan. 50T pertahun aja ..Kami akan ikut menyumbang pula.

Akad sumbangannya pada bunyikan, "for my dear Mr. Jokowi...Muaaccchhhdanquot;

Lantaran buat Jokowi akadnya, jadi gak bakalan ada yg meributkan. Walau nanti andai dananya pada belikan bahan martabak atau beli kamera video tingkat dewa oleh KAESANG, ya gak masalah. Toh udah pada niatkan buat Jokowi, mau bapak Jokowi buat ke jalan, ke jembatan, atau ke anaknya jua gak terdapat perkara.

Dan aku pula yang GAK IKUTAN NYUMBANG gak akan nyinyir nanya ini & itu pada dana sumbangan tersebut, karenanya dana dr kalian pendukung Jokowi sejati & tiada tewas. Gak ada hak bagi aku menanyakan detil peruntukan dana & transparansinya.

Kami lihat kalian dulu, toh katanya kalian masyarakat yang bisa. TDL naek..Kalian masih happy, BBM naek kalian masih sumringah. Masak 100ribu/bulan gak sanggup bantu Jokowi?

Nanti kalau jalan itu jadi, kalian boleh kasih nama jalan Projo atau jalan tralala trilili...Jika mau lewat wawancara dulu...."kemaren milih siapa?"

Kalau milih Jokowi boleh lewat, jikalau gak milih Jokowi silahkan manjat.

Gak apa aku mah kalau gak boleh lewat pula, yg krusial mampu liat bukti kalian dalam Jokowi.

Bidjie Mane wahai bidjie demek....?

Deal or no deal...?

Status Nagara Bhakti

Vijay TO Lol

Inspektur Vijay & anak buahnya, Ajay, dua petinggi polisi India, sedang melakukan konferensi pers...

Vijay: "Hari ini, Kepolisian India berhasil menggerebek pabrik penggilingan padi skala nasional yg telah merugikan negara ratusan triliun rupee,"

Ajay membisikkan sesuatu dalam atasannya: "Bukan ratusan triliun bos. Tapi 15 triliun,"

"Maaf, maksud saya, yang telah merugikan negara 15 triliun rupee," pembetulan Vijay dalam para wartawan yang hadir.

Ajay kembali membisikkan sesuatu: "Maaf bos. Barusan dapet WA. Setelah saya hitung, kerugian negara ternyata hanya 10 triliun,"

"Biawak kutilan lu, Jay. Kasih berita yg bener dong!" bisik Ins. Vijay dalam Ajay.

Vijay pulang meralat pernyataannya kepada wartawan: "Tepatnya, kerugian negara mencapai 10 triliun rupee,"

Wartawan: "Darimana kepolisian bisa nomor 10 triliun, Tn. Vijay?"

Ajay coba menjelaskan: "Dari output perhitungan, kurang lebih 1000 ton beras yang kami sita. Jika kerugian negara per kilo anggap saja 10.000, dapatlah angka 10 triliun,"

Wartawan: "Bukankah 1000 ton kali 10.000 hanya lebih kurang 10an miliar, Pak?"

Vijay berbisik ke Ajay: "Kadal buntung kurang gizi lu Jay. 1000an ton dikali 10.000 hasilnya cuma 10an miliar,"

"Kirain 1 ton itu sejuta kilo bos, hihihi... " jelas Ajay.

"Golok banget sih lo! Sini, izin gw jelasin!". Vijay mengambil alih kuasa.

"Angka 10 triliun termasuk kerugian immateril. Benar kerugian materil hanya 10 miliar. Tapi kerugian immateril lebih besar berdasarkan itu. PT. MAMA membeli gabah jauh lebih mahal menurut harga yang ditetapkan pemerintah, yg menyebabkan, para petani berbondong-bondong menjual gabahnya ke PT. MAMA. Ini menyebabkan pengusaha penggilingan padi lainnya mengalami kerugian karena nir kebagian gabah, yang kami perkirakan kerugiannya lebih kurang 10 triliun,".

Wartawan: "Bukankah rupawan buat petani, Pak, apabila gabah mereka dibeli mahal? Jika pengusaha lain tidak kebagian gabah, kan mereka bisa menaikkan harga lebih tinggi sedikit dari harga yg dibeli PT. MAMA? Kerugian immaterilnya juga luar biasa sekali! "

Vijay: "apabila semua pedagang menaikkan harga beli, otomatis harga jual pula akan naik. Padahal ini kan gabah bersubsidi, yg harga jualnya sudah ditetapkan pemerintah,"

Mensos yang kebetulan hadir meralat warta Ins. Vijay: "Maaf Pak Vijay. Kita nir memberi subsidi untuk gabah. Dan benih padi yang gabahnya dibeli sang PT. MAMA, juga bukan jenis benih yg disubsidi pemerintah,".

Dengan sisa-residu kekuatannya, Ins. Vijay membela diri: "Tapi pupuk yg dipakai petani kan disubsidi Pemerintah, Bu Mensos. Inilah masalahnya!"

Mensos diam. Lebih baik mengalah, pungkasnya dalam hati.

Mentan yang juga hadir di konpres ini coba menengahi: "Masalahnya begini, PT. MAMA ini menjual harga sangat mahal ke konsumen, sehingga konsumen merasa dirugikan. Mereka mengambil untung terlalu banyak,"

Wartawan: "Jika margin yang diambil PT. MAMA terlalu tinggi, bukannya cantik buat pengusaha lain Pak? Mereka sanggup mengambil peluang dengan menjual beras yang kualitasnya sama, dengan harga lebih murah? Dan apabila konsumen merasa dirugikan, mengapa beras dengan merek ini sangat laku dipasaran? Lagi juga kan konsumen poly pilihan, nir wajib mengkonsumsi beras menurut PT. MAMA,"

Vijay: "Begini lho. PT. MAMA ini sudah melanggar dua pasal sekaligus. Yaitu peraturan Menteri Pedagangan no. 7/2017, dan UU Perlindungan Konsumen thn 1999. Makanya kami grebek,"

Wartawan: "Kapan PerMen 7/2017 ini dikeluarkan Pak?"

Vijay: "tiga hari yg kemudian,"

Wartawan: "Baru diterbitkan 3 hari, langsung dihukum, tanpa sosialisasi?"

Vijay: "Kami memang profesional,"

Wartawan: "Dan kok sanggup memakai UU proteksi konsumen? Apa telah terdapat konsumen yg komplain? Saya sudah lama komplain tarif PLN, akan tetapi nir ada tindakan sampai kini ,"

Ajay membisikkan sesuatu ke Ins. Vijay: "Bos, wartawan satu ini cerewet banget. Kita tangkap saja gimana?"

Vijay: "Jangan. Disini banyak wartawan. Lu cari info aja, nanti beliau pergi lewat tol mana,"

Ajay: "Siap boss!"

Vijay ke wartawan: "Baiklah. Konpres ini kita tutup karena sudah jam makan siang. Selamat siang seluruh!"

Sekian!

***

*Cerita diatas hanya fiksi belaka. Jika terdapat kecenderungan insiden & nama, itu hanya kebetulan semata.*

*Copas Wendra Setiawan*

Ironi memang, tapi begitulah fenomena yang terjadi pada bangsa ini. Lebih mengedepankan "pungkasnya katanyadanquot;, lebih mempercayai janji janji dari pada bukti, lebih mementingkan pencitraan berdasarkan dalam kerja pasti. Dan bila semua terbukti secara kentara akan "katanya" tadi, bahwa semua merupakan pencitraan semata secara kasat mata, mereka yang terlanjur cinta nir akan terpengarahui sedikitpun pula, apalagi menyadarinya. Ibarat pepatah "kalo sudah jatuh cinta, tai kucingpun berasa coklat".

Iklan Atas Artikel

Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel1

Iklan Bawah Artikel2