Cerita Miris di Tengah Seleksi Pendamping Dana Desa
GampongRT - Pendamping dana desa punya tugas mulia mengawal realisasi dana desa supaya tepat sasaran. Sayang, banyak cerita miris soal proses seleksi yang dinilai kurang transparan dan berkeadilan.
Melalui pesan elektro, sejumlah pembaca detikcom membuatkan keluh kesah seputar seleksi pendamping dana desa yg menyedihkan itu. Salah satu yg membuatkan pengalaman merupakan Weslizar Samosir, keliru seseorang pembaca detikcom yg mengikuti proses seleksi ini pada tahun 2015 silam, pada Medan.
"Sebelumnya saya menurut tahun 2010 hingga tahun 2014 bekerja di PNPM-PISEW Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara dengan dana bantuan yg saya kawal Rp 1,5 miliar tiap tahunnya pada kecamatan penempatan saya waktu itu. Program tadi sudah habis di awal tahun 2015 sebagai akibatnya saya pun mengganggur & sahabat-teman mantan fasilitator menganggur," kata Weslizar dalam pesan elektro kepada detikcom, Kamis (17/3/2016).
Weslizar lalu menceritakan kekecewaannya ketika mengikuti proses rekrutmen Pendamping Desa di Provinsi Sumatera yang diadakan sang Satker P3MD Provinsi Sumatera Utara kisaran bulan November 2015.
"Bulan Agustus 2015 buka perekrutan Pendamping Desa di Provinsi Sumatera Utara & saya pun melamar lantaran kualifikasi yg diharapkan telah ada dalam diri aku baik pengalaman di pemberdayaan juga kualifikasi pendidikan yg diharapkan yaitu minimal, D3 Teknik Sipil," kata Weslizar.
Dia lalu mengikuti proses seleksi dua tahap yakni ujian tertulis & wawancara. Seminggu kemudian output tes diumumkan. Dia sudah percaya diri bakal lolos, namun apa daya hasilnya tidak sama.
"Serasa dengan pede-nya aku berpikir pasti diterima, rupanya menggunakan berulang kali saya baca pengumumannya ternyata nama saya tidak ada. Okelah aku menggunakan nrimo mendapat orang-orang yang lulus karena kualifikasi yg lebih menurut aku yg dipersyaratkan pada lamaran," katanya.
Tetapi rasa legowo itu berubah jadi kekecewan ketika beliau menyadari poly orang-orang tidak berpengalaman pada pemberdayaan masyarakat lolos seleksi. Apalagi dibarengi menggunakan informasi miring lain yang semakin menciptakan peserta seleksi yang punya pengalaman kecewa.
"Dan yang lebih menciptakan saya miris terdapat dugaan mereka yg diterima tersebut aku dengar memberi uang menjadi kondisi agar mereka diterima kurang lebih Rp tiga-lima juta apabila mereka nir ada interaksi relasi dengan suatu partai tertentu. Saya sangat yakin dengan cerita tadi lantaran bukan dua 3 orang yg berkeluh kesah dengan orang-orang yagg diterima tersebut," keluhnya.
"Saya pula sangat konfiden bila diadakan audit perekrutan baik menurut kelulusan administrasi, hingga output penilaian tes tertulis & wawancara maka akan kentara terlihat kecurangan yg dilakukan oleh Satker pada perekrutan Pendamping Desa di Provinsi Sumatera Utara," imbuhnya.
Menteri Desa Marwan Jafar sudah menggelar konferensi pers resmi terkait hal ini. Marwan membantah semua informasi miring soal transparansi, politisasi, kongkalikong , & lainnya soal seleksi pendamping dana desa. Marwan menegaskan seluruh proses seleksi transparan dan berkeadilan. Semoga saja keluh-kesah semacam ini dijadikan penilaian bagi Menteri Desa dalam kelanjutan seleksi pendamping dana desa ke depan.
Sumber: detik