Belajar ke Tiongkok Kades Siap Wujudkan Perubahan untuk Desa
Para Kepala Desa (Kades) yang dikirim untuk belajar ke Tiongkok menyatakan bertekad membawa perubahan untuk desa setelah kembali ke Indonesia.
Hal tadi dikatakan Kepala Desa Pujon Kidul, Kabupaten Malang, Udi Hartoko usai pelepasan peserta studi banding di Kedutaan Besar Tiongkok buat Indonesia, Jakarta, Jumat (22/3).
?Belum hingga ke Tiongkok, akan tetapi kami telah sangat bangga sekali. Kami akan belajar benar-benar-benar-benar pada Tiongkok. Kami akan bawa perubahan buat desa di Indonesia setelah kami pulang menurut Tiongkok,? Ujarnya.
Seperti diketahui, Tiongkok dikenal sebagai negara yang berhasil mempertinggi pendapatan masyarakat perdesaan hingga 100 kali lipat pada 40 tahun, yakni dari 20 US Dollar sebagai dua.000 US Dollar. Termotivasi dari keberhasilan tadi, Udi berharap Indonesia bisa meraih keberhasilan serupa dalam waktu 10-20 tahun.
?Mudah-mudahan dengan semangat kami semua, kalau pada Tiongkok butuh 40 tahun, semoga di Indonesia mampu 10-20 tahun buat merubah Indonesia. Lantaran kami punya impian buat merubah desa di Indonesia sebagai desa maju misalnya di Tiongkok,? Ungkapnya.
Terkait studi banding tersebut dia berterimakasih pada pemerintah yg sudah menaruh kesempatan buat belajar memajukan desa dari negara lain. Ia juga berterimakasih pada Kedutaan Besar Tiongkok yang sudah menerima ketua desa, pendamping desa, dan pegiat desa Indonesia buat belajar di Tiongkok.
?Semoga ini menjadi sesuatu yg istimewa bagi kita semuanya. Dan ini akan kami ceritakan pengalaman kami kepada seluruh masyarakat Indonesia. Bagi kami & warga , inilah sejarah yang sangat luar biasa,? Ungkapnya.
Untuk diketahui, sebelumnya pada hari yg sama, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal & Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo telah melepas sejumlah ketua desa, penggiat desa & pendamping desa yg akan mengikuti studi banding ke negara Korea & China.
Rencananya, studi banding perdesaan ini juga akan dilaksanakan di beberapa negara lain seperti India, Malaysia, dan beberapa negara yang memiliki keberhasilan mengelola perdesaan lainnya. (Sumber: Kemendes)