Rezim Panik, Demi 2019, Ormas-ormas yang berseberangan dibubarkan, dan Akidah pun di Gadai
Sebenarnya saat ini saya agak males menulis, bukan apa-apa, semua karena saya takut tidak dapat menahan luapan emosi saya atas apa yang saya rasakan saat ini.
Jujur saja, melihat rezim yang sekarang, sungguh membuat emosi saya meledak-ledak.
Bagaimana tidak, rezim saat ini mana sudah tidak mempunyai sumbangsih apa-apa terhadap negara ini selama berkuasa.
Malahan yang ada semakin membuat sengsara rakyat, yang secara terang-terangan mulai menunjukkan ke otoriterannya.
Mulai menunjukkan arogansinya, mulai menunjukkan sikap memusuhi Islam, yang mana merupakan Agama yang dianut oleh Mayoritas rakyat Indonesia.
Rezim ini sekali lagi melabrak peraturan perundangan-undangan yang berlaku di negara ini, dengan semena-mena ingin membubarkan organisasi massa yang berbasis Islam, yakni HTI, atau Hizbut Tahrir Indonesia.
HTI adalah organisasi yang sah secara hukum, dan Negara menjamin setiap warganya untuk berorganisasi dan berpendapat, selama tidak bertentangan dengan Undang-undang dan Pancasila.
Rezim Panik, Demi 2019, Ormas-ormas yang berseberangan dibubarkan, dan Akidah pun di Gadai
HTI, adalah ormas yang menitik beratkan pada dakwah Islam.
Mengajak seluruh umat Islam di dunia pada umumnya dan Indonesia khususnya untuk kembali lagi kepada Al Quran dan Hadits.
Yang mana, mengajak semua umat Islam Indonesia untuk menjalankan kehidupannya sehari-hari berdasarkan syariat Islam.
Jadi apa yang dilakukan oleh rezim ini, sangatlah tidak beralasan, dan sangat mengada-ngada.
Didalam Undang-undang tentang Ormas, yang dilarang itu adalah Ormas yang bertentangan dengan Ideologi Pancasila, semacam Komunisme dan Marxisme.
Menyikapi dan melihat apa yang dilakukan oleh rezim ini, saya mempunyai pandangan dan pendapat sendiri.
Yang menurut saya, bukan tidak mungkin apa yang dilakukan oleh rezim ini semua adalah demi 2019.
Iya demi kekuasaan, harta dan tahta. Hanya demi kekuasaan dan harta, mereka yang mengaku beragama Islam, berani dan tega menyakiti hati umat Islam lainnya, Naudzubillah.
Yang ingin saya sampaikan disini adalah 2019. Ada apa di 2019? Di 2019, negara ini kembali lagi melaksanakan pesta demokrasi pemilihan Anggota DPR RI dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
Pada pemilu 2014 kemaren, DPR RI dan Presiden dimenangkan oleh Partai yang katanya partai kaum cilik, PDI Perjuangan.
2014, dengan mengusung semboyan partai wong cilik, mereka berhasil memperdaya kaum cilik untuk memilih partai mereka hingga akhirnya menjadi penguasa direzim ini.
Dengan tetap menggunakan semboyan partai wong cilik, mengusung seorang yang katanya merakyat, dari rakyat kecil, yang berwajah ndeso, sederhana dan lain sebagainya, mengusung Jokowi sebagai presiden.
Taktik mereka berhasil, walaupun sebenarnya sangat kuat indikasi kecurangan-kecurangan yang mereka lakukan.
Akan tetapi, setelah sekian tahun berkuasa, rezim ini mulai memperlihatkan biangnya.
Mereka yang mengaku partai wong cilik, dengan arogan dan semena-mena, tanpa ada sosialisasi dan pengumuman, menaikkan harga TDL Listrik untuk rakyat kecil dan menengah.
Dan saat ini, sudah tidak bersubsidi lagi, yang artinya apa yang rakyat kecil beli untuk listriknya, sama dengan apa yang kaum kapitalis beli. Begitu juga dengan BBM, dan lain sebagainya.
Direzim ini, tidak ada yang tidak naik, semua serba naik dan rakyat kecilpun semakin tercekik. Rezim serta partai yang berkuasa saat ini, sangat menyadari betul atas apa yang terjadi.
Mereka sadar mereka telah menjadi orang yang menufik.
Mereka sadar, mereka tidak dapat lagi membodohi rakyat dengan slogan Partai Wong Ciliknya.
Karena apa yang dijanjikan dan apa yang direalisasikan sangatlah bertolak belakang. Rakyat mulai sadar, partai penguasa rezim ini bukanlah partai wong cilik, tapi partainya kaum kapitalis dan sekuler.
Kaum Kapitalis, yakni kaum yang akan melakukan apa saja demi mencapai tujuan mereka, yakni kekayaan dan harta yang berlimpah.
Kaum sekuler tidaklah jauh berbeda dengan kapitalis, sama sama mengejar harta dan kekuasaan.
Melihat kebobrokan dari rezim ini, para ulama sebagaimana ulama-ulama terdahulu, mulai maju, mulai berada di garis terdepan dalam membela umat, yang merupakan mayoritas dari rakyat Indonesia.
Mereka dengan lantang melawan segala bentuk kedzaliman yang dilakukan oleh rezim ini.
Melihat keadaan dimana para ulama ini mampu membawa sejumlah massa yang begitu hebat dan besarnya dalam beberapa kali kesempatan aksi, serta mampu membuat aksi yang berjumlah jutaan tetap damai, tertib dan teratur, mereka para penguasa dan partai penguasa rezim ini takut, dan tersadarkan.
Kalaulah para ulama-ulama ini mampu membuat dan mengajak umat sebesar ini, tentulah mereka para ulama ini cukup dengan satu perintah, umat akan sangat mematuhinya, yang tentu akan dilaksanakan oleh sebagian besar umat Islam di Indonesia ini.
Yang sebenarnya ditakuti oleh rezim ini, bukanlah perintah dari ulama untuk melakukan upaya makar, akan tetapi perintah untuk tidak lagi memilih partai pengusung, dan penguasa rezim bobrok dan penghancur umat ini didalam setiap pesta demokrasi dinegeri ini.
Dan apa yang mereka takutkan satu persatu terbukti, di Pilkada serentak tahun ini, hampir disetiap pemilihan kepala daerah, partai penguasa saat ini kalah telak. Bahkan untuk daerah-daerah strategis lainnya.
Kalau ini berlanjut, bukan tidak mungkin di Pilkada daerah strategis lainnya seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat mereka akan mengalami kekalahan lagi.
Dan tentu akan sangat berdampak pada pemilihan Anggota DPR dan Presiden di tahun 2019 nanti.
Karena, sudah tidak memungkinkan lagi bagi mereka untuk mengusung slogan partai wong cilik, karena sejatinya saat ini mereka para penguasa dan partai rezim penguasa saat ini penindas kaum cilik.
Satu-satunya jalan untuk terus mempertahankan kekuasaan yang telah mereka dapatkan, adalah dengan menyingkirkan siapa saja yang mereka anggap sebagai penghalang bagi mereka.
Dan satu-satunya penghalang mereka saat ini adalah Para Ulama.
Karena ulama bagi umat Islam adalah pewaris para nabi, apapun yang diperintahkan oleh ulama mereka selama tidak bertentangan dengan alquran dan hadits, mereka patuh dan mereka taat.
Pilkada serentak kemaren merupakan tegoran bagi mereka, mereka sadar, saat ini posisi mereka sedang genting dan terancam.
Bukan terancam akan adanya makar seperti yang mereka fitnahkan saat ini, akan tetapi terancam karena kekuasaan mereka akan semakin tergerus dan semakin kehilangan akan kekuasaan itu dari hari ke hari.
Presiden usungan mereka saat ini tidak lagi dapat menipu umat, wajah polos, lugu, ndeso dan segala bentuk tetek bengek cilik, wong cilik, tidak lagi mempan sebagai senjata dalam menarik simpati umat.
PDI Perjuangan dan rezim saat ini tahu betul akan keadaan ini, dan kalau dibiarkan mereka akan semakin tenggelam dan pada akhirnya bukan tidak mungkin akan menjadi salah satu bagian dari sejarah di negeri ini.
Karena itu, yang dapat mereka lakukan adalah dengan membungkam ulama-ulama yang berseberangan dengan mereka, dan memelihara segala bentuk ormas ataupun media yang mendukung serta membuat propaganda dalam setiap usaha mereka mendapatkan simpati umat.
Yang pertama mereka lakukan adalah dengan menyematkan tuduhan Makar terhadap tokoh-tokoh yang berseberangan dengan mereka yang tidak dari golongan ulama.
Mereka bisa melakukan itu, karena mereka saat ini pemegang kekuasaan, dan dengan kekuasaan itu, mereka gunakan untuk menyingkirkan tokoh-tokoh yang gencar melakukan perlawanan terhadap segala bentuk kedzaliman rezim ini.
Kedua, mereka membunuh karakter para ulama-ulama yang berseberangan tadi, membuat fitnah dan menyebarkan fitnah yang dapat membuat umat ragu, dan bimbang.
Untuk melancarkan aksi ini, mereka memelihara media-media yang yang satu haluan dengan mereka, atau setidaknya yang dapat mereka beli dengan sedikit harta dunia.
Sebut saja se word, funesia, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Serta memelihara akun-akun sosial media yang ikut serta membantu mereka dalam menyebar fitnah serta membuat propaganda mengadu domba umat Islam.
Dan mereka rezim penguasa serta partai penguasa saat ini, memberedel media-media yang melakukan upaya-upaya menyebarkan kebenaran dan yang menjaga persatuan umat Islam, dengan dalih SARA, dan penyebar kebencian.
Padahal, yang selalu menyebarkan kebencian dan SARA adalah media-media yang mereka lindungi itu.
Ketiga, mereka saat ini juga mulai memberedel ulama, menyematkan tuduhan RADIKAL, terhadap ulama serta ormas-ormas yang berseberangan dan menjadi ancaman terhadap kelangsungan kekuasaan mereka di 2019 nanti.
Karena itu, sebagai "percobaan dan permulaan", mereka melakukan tindakan semena-mena dengan membubarkan ormas HTI, yang menurut mereka bertentangan dengan UUD 45 dan Pancasila.
Tentu saja ini dilakukan sebagai percobaan dan tindakan permulaan, dan umat Islam tidak dapat melakukan apa-apa kecuali menempuh jalur hukum.
Apabila umat melawan secara frontal, tentulah tuduhan RADIKAL yang mereka sematkan menjadi terbukti, dan jika dilakukan melalui peraturan perundangan yang berlaku tentunya mereka dapat "memainkannya" serta "mengaturnya", karena merekalah yang berkuasa.
Keempat, apa yang mereka lakukan ini tentu saja akan terus berlanjut, apabila mereka merasa aman atas kesemena-menaan mereka.
Target selanjutnya, FPI, dan akan terus berlanjut terhadap yang lainnya juga, yang mereka anggap sebagai penghalang mereka dalam menjaga kekuasaan dan dalam usaha mereka untuk tetap berkuasa di 2019 nanti.
Pilkada Jakarta dan Banten adalah sebagai pukulan telak bagi mereka.
Saya yakin, pembubaran HTI ini sangat erat kaitannya dengan Pilkada Jabar, Jateng dan Jatim, yang pada akhirnya pada Pemilu 2019 nanti.
Pertengahan 2017, mereka membubarkan HTI, dan apabila tindakan semena-mena ini tidak mendapatkan perlawanan ataupun kritikan berarti baik dari wakil rakyat yang ada di DPR yang masih berpegang teguh dengan ke Islamannya, ataupun dari ulama dan umat Islam Indonesia, bukan tidak mungkin, akhir 2017, FPI yang mereka bubarkan.
Dengan membubarkan dua ormas Islam yang terkenal dengan keteguhan dan keberanian mereka dalam memerangi kemungkaran dan menegakkan kebenaran di 2017 ini, mereka akan dengan mudahnya dapat memenangi Pilkada Jabar, Jateng dan Jatim di 2018 nanti.
Yang jika semua itu sesuai rencana mereka, dengan dikuasainya Jateng, Jabar dan Jatim, tentu akan sangat mudah bagi mereka untuk mengatur dan atau bahkan memanipulasi hasil pemilu di 2019 yang akan datang.
Akan tetapi, ada satu hal yang rezim ini lupakan. Entah karena mereka lupa, atau karena mereka sudah dibutakan oleh dunia, saya tidak tahu.
Yang pasti, apa yang mereka lakukan dan rencakan ini, sama artinya mereka melakukan makar terhadap Allah Swt.
Karena dengan memberedel ormas-ormas Islam yang memegang teguh Al Quran dan Hadits serta memfitnah ulama-ulama yang selalu menjaga Islam sesuai dengan Al Quran dan Hadits, sama saja mereka melakukan Makar terhadap Allah Swt.
Dan mereka lupa, Makar Allah lebih hebat dari makar yang mereka rencanakan itu.
Dan mereka juga lupa, bahwa mereka akan mati, mereka akan kembali kepada Allah, dan semua yang mereka lakukan akan dimintakan pertanggungjawabannya kelak.
Semoga atas makarnya rezim saat ini terhadap agama Allah, mendapatkan azab yang pedih, dan atas semua rencana-rencana makar mereka terhadap agama Allah, kita sebagai umat menjadi lebih kuat lagi dalam persaudaraan.
Lebih semangat lagi dalam berjuang dijalan Allah, dan lebih bersemangat lagi dalam mengingatkan saudara-saudara kita yang lainnya bahwa rezim ini tidak boleh berlanjut, rezim ini harus berakhir di 2019 nanti.
Dan semoga kita juga saling mengingatkan untuk tidak lagi menganggap PDI Perjuangan, partai yang menghalalkan segala cara, partai yang sering menyakiti hati umat ini ADA.
Semoga semua umat Islam Indonesia bersatu dan saling mengingatkan untuk tidak lagi menganggap PDI Perjuangan itu pernah ada, sehingga tidak ada satu umat Islam pun yang nantinya akan memilih semua calon yang diusung oleh Partai ini.
Sekian dan terimakasih