Postingan 'Suami, Jangan Pernah Bantuin Istri,' Disukai 77 Ribu Orang
Loading...
Loading...
Postingan seorang warganet bernama Fahri Amirullah di akun Instagram pribadinya viral & menjadi bahan perbincangan.
Lewat beberapa slide, Fahri menulisan pesan buat para suami.
Berikut isi pesan yang Tribunnews kutip dari akun Instagram, @fahriamirullah:
SUAMI, JANGAN PERNAH BANTUIN ISTRI YA!
Kemarin malam, saya update stories cerita pengalaman #dirumahaja 2 bulan ini.
Saya cerita, bila anak wanita saya yg berusia 1,lima thn ini, selalu minta diebokin ee nya saya aku , bukan sama ibunya.
Lalu aku bilang ke istri, bila 2x sehari ee nya, berarti aku telah ebokin 60 kali dong dalam dua bulan ini.
Beberapa sahabat merespon, wah hebat ni bantu istri.
Kebanyakan komentar tadi datang dari teman perempuan yg sudah menikah, & punya anak.
Saya jadi berpikir, kenapa komentarnya suami bantu istri ya.
Tunggu, kayaknya aku ga ngerasa sedang bantu istri.
Maksud saya gini,
Kalau terdapat cerita, saudara tertua membantu saudara termuda mengerjakan PR. Yang punya PR siapa? Pasti adik, kan.
Saya bantu nenek menyebrang, yg mau nyebrang siapa? Nenek.
Saya bantu cariin temen pekerjaan, yang nganggur siapa? Yaa sahabat saya
Jadi jikalau aku ebokin anak? Emang itu bayi bukan anak saya juga ya?
Menurut saya, itu bukan bantu istri. Karenanya anak kami. Itu anak aku dan istri.
Kalau aku ikut cuci piring? Itu bukan bantu istri karenanya piring kotor kami
Kalau aku punya hobi ngepel rumah tiap pagi? Itu bukan bantu istri, karena itu rumah kami.
Kalau saya jagain anak & biarin istri me time sambil nonton the world of marriage?
Itu bukan bantu istri, karena itu anak kami. Lantaran dia, ya istri aku .
Nulis gini, saya bukan mau gombalin istri. Udah nikah loh saya bukan masih pedekate. Udah berhasil gitu dapetinnya.
Saya cuma jangan lupa dulu, waktu 1-dua thn pertama nikah. Saya seringkali egois sama istri. Sedih jika inget.
Ko aku bantu istri? Loh bila pake kata bantu. Dia yg udah super duper bantuin saya.
Teman-sahabat Iaki2, para suami yg balk, terutama yg istrinya menentukan dirumah jaga anak misalnya saya.
Jangan lagi bilang bantu istri ya. Ga sebanding.
Dibahagian anak orang itu, ninggalin orangtua saudara termuda saudara tertua terus tinggal sama kita, bukan buat cuci piring.
Hingga Jumat (5/6/2020), unggahan milik Fahri tersebut telah disukai lebih dari 77 ribu akun Instagram lainnya dan mengundang ribuan orang untuk turut memberikan komentarnya.Seperti akun bernama @diary.Abella yang memuji postingan tersebut.
"PERNYATAAN PERFECT," tulis @diary.Abella.
Berbeda menggunakan @diary.Abella, warganet bernama @meghabayu yang turut membagikan pengalamannya selama membangun rumah tangga beserta sang suami.
"Alhamdulillah suami aku luar biasa, dia mau nyuci dan gosok.. Kalo aku capek bgd, beliau bantu cucian piring yang banyak, beliau pula sikat kamar mandi, sama2 aja.. Cuman emng dia sama sekali gak mampu masak..
Tp dia gak maksa gue harus masak terus kalo gak sempet ya kita beli di luar.. Rumah tangga kita santai bgd, gak ada paksaan dlm melakukan apapun.. Krna dia kerja dan gue juga kerja.. Klo kita lelah dlm kerja kita ambil libur bareng, trus kita travelling breng," tulis @meghabayu.
Ada pula warganet yang saling men-tag pasangan pada kolom komentar
Penjelasan Psikolog
Psikolog Keluarga dari Yayasan Praktek Psikolog Indonesia, Adib Setiawan SPsi MPsi, menaruh pandangannya kenapa postingan tadi mampu menjadi viral.
Menurutnya, postingan milik Fahri bisa jadi menggambarkan syarat tempat tinggal tangga yg mungkin ketika ini banyak dialami oleh sejumlah pasangan.
Seorang istri tidak dihargai sang suaminya.
"Kenapa tulisan ini sanggup viral, mungkin banyak sekali seorang suami tidak menghargai istrinya."
"Lantaran fenomena ini sangat poly, sehingga berpengaruh pada apa yang dirasakan sang kebanyakan istri yang ada pada Instagram, merasa senasib," ungkapnya pada Tribunnews, Jumat (lima/6/2020).
Adib lewat sambungan telepon menyebut, nir krusial apa yg dilakukan oleh Fahri itu buat membantu sang istri atau lantaran ingin membantu yg lain.
Bagi Adib, rasa saling menghargai adalah poin krusial dari unggah milik Fahri tersebut.
"Persepsi seseorang berbeda-beda, ada yg bilang itu membantu istri, atau ingin membantu anak dan lain sebagainya."
"Tapi pula bukan buat mencari siapa yg benar atau galat. Poin sebenarnya merupakan perasaaan kesetaraan & rasa dihargai seseorang suami kepada istrinya," imbuhnya.
Adib mengakui konsep menghargai utama dalam rumah tangga memang gampang buat diucapkan.
Namun, pada praktiknya sulit buat dilakukan.
Oleh karena itu, Adib menyarankan rasa saling menghargai wajib ditopang dengan jalinan komunikasi yg baik.
Sehingga potensi kesalahpahaman antar pasangan dapat dihindari.
"Kalau itu tidak dikomunikasikan mampu akhirnya menunjuk dalam pertarungan tempat tinggal tangga," ucapnya.
Terakhir, Adib menyinggung soal pembagian hak dan kewajiban dalam sebuah tempat tinggal tangga.
Ia menjelaskan konsep pembagian dua hal pada atas bisa ditentukan oleh sejumlah faktor.
Mulai pemahaman agama maupun kebudayaan pada mana pasangan suami istri asal.
"Atau menurut nilai-nilai orang tua mereka sebelumnya. Bisa juga menurut cara pandang dari mereka sendiri (pasangan itu, red)."
"Tetapi cara terbaik pembagian hak dan kewajiban dalam rumah tangga adalah menggunakan kesepakatan antara suami & istri," tandasnya.