Penjelasan Pakar Sejarah Tentang Bagaimana Pandemi Akan Berakhir

Loading...

Loading...

Kapan pandemi Covid-19 akan berakhir? Dan bagaimana?

Menurut sejarawan, akhir pandemi umumnya dilihat berdasarkan 2 hal: medis, yg terjadi ketika insiden & tingkat kematian anjlok, & sosial, waktu ketakutan mengenai penyakit tadi berkurang.

"Ketika orang bertanya, 'Kapan ini akan berakhir?,' Mereka bertanya mengenai akhir sosial," istilah sejarawan kedokteran Universitas John Hopkins, Dr. Jeremy Greene, dilansir berdasarkan The New York Times, Senin (11/lima).

Dengan istilah lain, suatu akhir bisa terjadi bukan lantaran suatu penyakit sudah ditaklukkan tetapi karena orang sebagai bosan dengan kepanikan dan belajar buat hayati penyakit tersebut.

Menurut sejarawan Harvard, Allan Brandt, hal yang sama terjadi pada Covid-19.

?Seperti yg sudah kita lihat dalam perdebatan membuka balik perekonomian, poly pertanyaan terkait apa yang disebut tujuan ditentukan bukan sang data medis dan kesehatan warga tetapi oleh proses sosiopolitik."

Ujung yang "sangat, sangat rumit," kata sejarawan Universitas Exeter, Dora Vargha.

"Melihat ke belakang, kita memiliki narasi yg lemah. Untuk siapa epidemi berakhir, dan siapa yang akan menyampaikannya?

Wabah Ketakutan

Wabah ketakutan dapat terjadi bahkan tanpa adanya wabah penyakit. Susan Murray, menurut Royal College of Surgeons pada Dublin, melihat hal itu secara eksklusif pada tahun 2014 saat beliau bekerja pada sebuah tempat tinggal sakit pedesaan pada Irlandia.

Pada bulan-bulan sebelumnya, lebih menurut 11.000 orang pada Afrika Barat sudah mati karena Ebola, penyakit virus menyeramkan yg sangat menular dan kerap mengakibatkan fatal. Wabah itu menghilang, dan nir terdapat masalah terjadi di Irlandia, tetapi ketakutan publik begitu nyata.

"Di jalan dan pada bangsal, orang-orang gelisah," kenang Dr. Murray baru-baru ini pada sebuah artikel pada The New England Journal of Medicine.

"Memiliki rona kulit yg berbeda telah cukup buat membuat Anda dicurigai sesama penumpang di bus atau kereta barah. Batuk sekali, & Anda akan mendapati mereka menjauhi Anda."

Para pekerja rumah sakit Dublin diperingatkan untuk bersiap menghadapi yang terburuk. Mereka ketakutan, & risi mereka tidak mempunyai APD. Ketika pemuda menurut negara yang mempunyai pasien Ebola tiba di UGD, nir terdapat yg ingin mendekatinya; perawat bersembunyi, dan dokter mengancam akan meninggalkan rumah sakit.

Murray menulis, beliau berani mengobati pasien tersebut, namun kankernya termasuk stadium parah sebagai akibatnya yang sanggup dia tawarkan hanyalah perawatan sebaik mungkin. Beberapa hari kemudian, tes mengkonfirmasi pemuda itu tidak terinfeksi Ebola; dia meninggal satu jam kemudian. Tiga hari lalu, WHO menyatakan epidemi Ebola berakhir.

"Jika kita tidak siap buat melawan rasa takut & ketidaktahuan & berpikir seperti kita melawan virus lain, ada kemungkinan rasa takut itu bisa membahayakan orang-orang yang rentan, bahkan pada tempat-loka yg tidak pernah melihat satu perkara infeksi pun selama wabah. Dan endemi ketakutan dapat memiliki konsekuensi yg jauh lebih jelek saat diperumit sang perkara ras, hak istimewa, & bahasa."

Wabah pes sudah melanda beberapa kali pada dua.000 tahun terakhir, membunuh jutaan orang & mengubah arah sejarah. Setiap epidemi memperkuat ketakutan yg datang dengan wabah berikutnya.

Penyakit ini disebabkan sang homogen bakteri, Yersinia pestis, yg hidup pada kutu tikus. Namun penyakit pes, yg lalu dikenal sebagai Maut Hitam (Black Death) jua bisa ditularkan dari orang yang terinfeksi ke orang yang terinfeksi melalui cairan pernapasan, sehingga tidak dapat diberantas hanya dengan membunuh tikus.

Sejarawan Universitas John Hopkins, Mary Fissell mengungkapkan, sejarawan mendeskripsikan 3 gelombang endemi akbar: Wabah Justinian, pada abad keenam; epidemi abad pertengahan, pada abad ke-14; & pandemi yg melanda dalam akhir abad ke-19 & awal abad ke-20.

Pandemi abad pertengahan dimulai dalam 1331 pada China. Penyakit itu, beserta dengan perang saudara yang berkecamuk dalam saat itu, menewaskan separuh penduduk China. Dari sana, wabah menyebar ke sepanjang rute perdagangan ke Eropa, Afrika Utara, & Timur Tengah. Antara 1347 & 1351, pandemi mengakibatkan tewasnya setidaknya sepertiga dari populasi Eropa. Setengah berdasarkan populasi Siena, Italia, mati.

?Tidak mungkin bagi lidah manusia buat menceritakan kebenaran yang mengerikan ini,? Tulis penulis sejarah abad ke-14 Agnolo pada Tura.

"Memang, orang yg tidak melihat kekejaman misalnya itu sanggup disebut diberkati."

Yang terinfeksi, tulisnya, "membengkak di bawah ketiak dan di pangkal paha, & jatuh ketika berbicara." Orang meninggal dikubur dalam lubang, ditumpuk.

Di Florence, tulis Giovanni Boccaccio, tidak ada bentuk penghormatan dipersembahkan kepada orang yg mati, bahkan perlakuannya jauh lebih tidak baik daripada perlakuan terhadap kambing yang tewas pada era kini .

Beberapa orang bersembunyi di tempat tinggal mereka. Yang lain ketakutan menggunakan ancaman endemi ini. Cara mereka mengatasi, tulis Boccaccio, merupakan "minum poly-poly, menikmati hayati sepenuhnya, menari, menyanyi & bergembira, dan memuaskan seluruh cita-cita seorang ketika ada kesempatan, & mengabaikan semuanya menjadi satu lelucon besar ."

Pandemi itu berakhir, tetapi endemi itu ada lagi. Salah satu endemi terburuk dimulai di China pada 1855 dan menyebar ke semua dunia, menewaskan lebih dari 12 juta orang pada India saja. Otoritas kesehatan pada Bombay (Mumbai ketika ini) membakar semua lingkungan untuk menyelamatkan mereka berdasarkan endemi itu. "Tidak ada yg tahu apakah itu berhasil," kata sejarawan Yale, Frank Snowden.

Penyebab Wabah Pes Mereda

Dr Snowden berkata, tidak kentara apa yang menciptakan endemi pes mereda. Beberapa ahli berpendapat, cuaca dingin membunuh kutu pembawa penyakit, tetapi tidak menghalangi penyebaran melalui saluran pernapasan.

Atau kemungkinan karena perubahan dalam tikus. Pada abad ke-19, wabah itu nir dibawa tikus hitam melainkan sang tikus coklat, yg lebih kuat & lebih ganas & lebih cenderung hidup terpisah berdasarkan insan.

Hipotesis lain adalah, bakteri berevolusi sebagai kurang mematikan. Atau mungkin lantaran tindakan manusia, misalnya membakar desa-desa buat membantu menghentikan epidemi.

Penyakit itu nir pernah benar-sahih hilang. Di Amerika Serikat, timbul endemik dalam anjing padang rumput pada daerah Barat Daya dan dapat menular ke manusia. Snowden mengungkapkan, galat seorang temannya terinfeksi sesudah tinggal di sebuah hotel pada New Mexico. Penghuni kamarnya sebelumnya mempunyai seekor anjing, yg memiliki kutu yg membawa mikroba.

Kasus-kasus misalnya itu sporadis terjadi, & sekarang dapat berhasil diobati dengan antibiotik, namun setiap laporan menurut perkara wabah menimbulkan ketakutan.

Cacar Berhasil Disembuhkan

Di antara penyakit yang berhasil disembuhkan merupakan cacar. Ada beberapa alasannya: Ada vaksin yang efektif, yg memberikan perlindungan seumur hayati; virus, Variola minor, tidak memiliki inang fauna, sehingga menghilangkan penyakit pada manusia berarti eliminasi total; & gejalanya sangat tidak biasa sehingga infeksi kentara, memungkinkan buat karantina yg efektif dan pelacakan kontak.

Cacar pula mengerikan. Epidemi demi epidemi sudah melanda global, setidaknya 3.000 tahun. Orang-orang yang terinfeksi virus mengalami demam, lalu ruam yang berubah sebagai bintik-bintik berisi nanah, yang pecah & keluar cairan, meninggalkan bekas luka. Penyakit ini mengakibatkan tewasnya tiga dari 10 korbannya.

William Bradford, pemimpin koloni Plymouth, menulis sebuah laporan tentang penyakit ini yang melanda penduduk asli Amerika, mengatakan bahwa pustula yang pecah secara efektif akan merekatkan kulit pasien ke tikar yg sebagai alas tidur mereka. Bradford menulis: "Ketika mereka membalikkannya, seluruh sisi akan terlepas sekaligus, & mereka akan menjadi darah kental, paling menyeramkan buat ditinjau."

Orang terakhir yg terkena cacar secara alami adalah Ali Maow Maalin, seorang juru masak rumah sakit pada Somalia, dalam tahun 1977. Ia sembuh, kemudian tewas akibat malaria pada tahun 2013.

Flu yg Terlupakan

Flu tahun 1918 bertahan sampai hari ini sebagai contoh kerusakan dampak pandemi. Sebelum pandemi ini berakhir, flu menyebabkan tewasnya 50 juta sampai 100 juta orang pada semua dunia. Penyakit ini menjangkiti orang dewasa, muda sampai setengah baya, dan anak-anak.

Pada ekspresi dominan gugur 1918, William Vaughan, seseorang dokter terkemuka, dikirim ke Camp Devens dekat Boston buat melaporkan flu yang menyebar luas pada sana. Dia melihat ratusan pemuda berseragam mendatangi bangsal tempat tinggal sakit secara berkelompok.

"Mereka ditempatkan pada atas tempat tidur hingga setiap tempat tidur penuh, tetapi yang lain berkerumun pada dalam. Wajah mereka dipasangkan gips kebiruan, batuk yang berat memunculkan dahak bernoda darah. Di pagi hari mayat-mayat itu ditumpuk pada kamar mayat seperti kayu kabel."

Virus itu, tulisnya, "menerangkan inferioritas inovasi insan dalam kehancuran kehidupan manusia."

Setelah melanda global, flu itu memudar, berevolusi sebagai varian berdasarkan flu yang lebih jinak yg muncul setiap tahun.

"Mungkin itu misalnya api yang, sesudah membakar kayu yang tersedia & gampang diakses, terbakar," kata Dr. Snowden.

Wabah ini berakhir secara sosial pula. Perang Dunia I sudah berakhir; orang-orang siap buat awal yg baru, era baru, dan ingin sekali melupakan mimpi buruk penyakit dan perang. Sampai baru-baru ini, endemi flu Spanyol 1918 sebagian akbar dilupakan.

Pandemi flu lain menyusul, nir begitu jelek tetapi semua menyadari. Dalam flu Hong Kong tahun 1968, 1 juta orang mati pada seluruh global, termasuk 100.000 di AS, kebanyakan orang yang berusia lebih berdasarkan 65 tahun. Virus itu masih menyebar menjadi flu musiman, & jalur awal penghancurannya - dan ketakutan yg menyertainya - sporadis diingat.

Bagaimana Covid-19 Berakhir?

Satu kemungkinan, istilah sejarawan, merupakan pandemi virus corona dapat berakhir secara sosial sebelum berakhir secara medis. Orang-orang mungkin menjadi sangat lelah menggunakan pembatasan-restriksi sebagai akibatnya mereka menyatakan pandemi telah berakhir, bahkan waktu virus terus menyebar pada tengah masyarakat dan sebelum vaksin atau pengobatan yg efektif ditemukan.

"Saya pikir ada semacam kasus psikologis sosial kelelahan dan frustrasi," kata sejarawan Yale, Naomi Rogers.

"Kita mungkin berada pada waktu ketika orang-orang hanya mengatakan:" Sudah cukup. Saya berhak buat bisa balik ke kehidupan normal saya. '"

Hal ini telah terjadi; pada beberapa negara bagian di Alaihi Salam, gubernur mencabut pembatasan, yang memungkinkan salon & arena kebugaran dibuka balik , yg bertentangan dengan peringatan pejabat kesehatan rakyat yg menilai penerapan langkah-langkah tadi terlalu dini. Ketika bencana ekonomi yg diakibatkan lockdown semakin meningkat, semakin banyak orang mungkin siap buat mengatakan "cukup."

"Ada permasalahan semacam ini sekarang," kata Dr. Rogers. Pejabat kesehatan warga mempunyai tujuan medis yg konkret, namun beberapa anggota warga melihat tujuan sosial.

"Siapa yg mampu menjamin akhir seluruh ini?" Kata Rogers.

"apabila Anda menolak gagasan mengenai berakhirnya pandemi ini, apa yang Anda versus pulang? Apa yang Anda klaim ketika Anda mengatakan, 'Tidak, ini belum berakhir.'"

Tantangannya, istilah Dr. Brandt, merupakan nir akan ada kemenangan yang tiba-datang. Mencoba mendefinisikan akhir epidemi ?Akan sebagai proses yang panjang & sulit.?

Sumber :merdeka.com

Iklan Atas Artikel

Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel1

Iklan Bawah Artikel2