Penyakit Tanaman Pinang

Budidaya Pinang  - Perkebunan pinang memiliki prospek ekonomi yang luar biasa. Beberapa wilayah di Indonesia, tanaman pinang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan para petani.

Contoh penyakit buah pinang/Foto: goldenagro.com

Di Aceh, banyak petani masih menggunakan cara tradisional mulai dari pembibitan, perawatan, sampai pada penanganan paska panen. Hanya beberapa petani saja yang sudah menerapkan budidaya pinang secara intensif dan hasil panen luar biasa. Bisa mencapai 10 kali lebih banyak dengan cara tradisional.

Kelebihan kebun pinang yg pada tanam secara intensif, pada satu pohon pinang bisa membentuk 20 kg setiap bulan & produksi biji kemarau sanggup mencapai 400 kg setiap bulan pada per hektar.

Seperti tumbuhan lainnya, budidaya pinang jua mengalami hambatan-hambatan, antara lain yaitu agresi hama & penyakit. Pinang yg terserang penyakit bisa menyebabkan produksi menurun.

Dalam waktu jangka panjang akan berdampak negatif dalam keberlanjutan tanaman pinang.

Lantaran kurangnya pengetahuan tentang penyakit pinang. Cara yg paling umum dilakukan oleh petani buat mengendalikan penyakit pinang merupakan menggunakan menggunakan bahan kimia atau pertisida. Akan namun, nir selamanya bahan kimia dapat digunakan buat mengendalikan penyakit.

Dalam kurun jangka panjang, jika penggunaan bahan kimia yg hiperbola pada suatu wilayah akan menyebabkan impak negatif yaitu terbunuhnya mikroba. Dengan hilangnya ekuilibrium ekosistem alam, akan melahirkan penyakit baru yg lebih ganas.

Dampak lain penggunaan bahan kimia dalam tumbuhan adalah menambahnya biaya produksi lantaran semakin mahalnya harga bahan kimia, bisa mengakibatkan polusi lingkungan terutama air tanah & tanah, beresiko dalam kesehatan petani & keluarganya dan kesehatan konsumen. Tetapi, sayangnya kondisi ini belum mendapatkan perhatian berfokus berdasarkan banyak sekali pihak, terutama sang energi penyuluh pertanian & perkebunan.

Berikut penyakit-penyakit yg tak jarang menyerang flora pinang:

1. Bercak daun menguning (yellow leaf spot)

Penyebabnya penyakit bercak daun merupakan cendawan Curvularia sp. Gejala dalam lamina daun, terlihat bercak-bercak kuning 3-10 mm diameter. Infeksi lanjut dapat mengakibatkan kematian bibit. Penyemprotan menggunakan Dithane dapat mengurangi serangan.

Dua. Leaf blight.

Penyebabnya merupakan Pestalotia palmarum Cooke. Gejala penyakit berupa bercak-bercak coklat kekuningan dalam helaian daun. Pemupukan N dan K2O ataupun menggunakan hadiah naungan dapat menekan penyakit.

3. Karat merah daun (red rust)

Penyebabnya yaitu Cephaleuros sp. Cendawan ini menginfeksi btg dan daun. Sehingga terlihat bercak tidak beraturan dalam bagian batang & daun yg berwarna kekuningan. Untuk menghindari perlu dibentuk naungan secukupnya.

4. Busuk akar/pangkal btg (root/collar rot)

Penyebabnya adalah cendawan Fusarium sp. Dan Rhizoctoria sp. Penyakit ini umumnya terlihat di pembibitan menggunakan sistim drainase tidak baik. Serangan cendawan ini menyebabkan tanaman layu.

5. Busuk butir (fruit rot)

Penyebabnya merupakan Phytopthora arecae. Gejala bercak basah terlihat dalam permukaan butir dekat kelopak bunga (perianth). Bercak ini akan menyebar sebagai akibatnya rona buah berubah sebagai hijau tua. Jika bercak mencapai bagian apikal butir maka akan menyebabkan buah gugur. Pengendalian secara kimia dapat di lakukan dengan fungisida Copper oxychlorride dan fitosanitasi (pencucian) kebun. Pengendalian lainnya menggunakan melakukan fotosanitasi dalam kebun-kebun.

6. Busuk Pucuk (Bud rof)

Penyebabnya sama menggunakan penyakit busuk butir. Yaitu P. Arecal. Bagian yg diserang adalah pangkal spidel pangkal spindle berwarna berangsur bagian yang terinfeksi serangan berat menyebabkan kuning coklat pucuk membusuk dengan bau spesial . Pembersihan lokasi pertanaman menurut flora terjangkit akan mencegah penyebaran penyakit.

7. Daun menguning (Yellow leaf disease)

Penyebabnya merupakan mycoplasm like organism (MLO). Daun yg terjangkit memberitahuakn rona kekuningan dan masih ada garis-garis nekrotik. Pada lamina daun. Pertumbuhan daun akan mengecil sebagai akibatnya produksi buah menurun. Daging buah berwarna kehitaman. Pengendalian dengan cara terpadu dengan pemupukan, penggunaan fungisida dua g phorate granula per pohon dan fitosanitasi.

8. Busuk kaki (Foot rot)

Penyebabnya merupakan Ganoderma lucidum. Munculnya penyakit ini lantaran kurang pemeliharaan kebun, drainase buruk. Tanaman yang terserang menunjukan tanda-tanda kekeringan dimana daun menguning, terkulai dan akhirnya patah. Infeksi lanjut yaitu batang terlihat bercak coklat tidak beraturan dan mengeluarkan cairan. Akar flora akan membusuk. Untuk menghindari perlu pengaturan sistim drainase, kebersihan kebun. Bebeberapa mikroorganisme antagonis misalnya Trichoderma sp, Streptomyces sp. Bisa menjadi agen biologi pengendalian penyakit ini.

9. Die back pembungaan dan bubur butir

Cooletotrichum gloesporioides berasosiasi menggunakan penyakit ini. Gejalanya terlihat tulang daun menguning & terlihat mengering mulai ujung daun hingga ke arah pangkal. Bunga betina akan gugur. Faktor lainnya yg menyebabkan gugur butir merupakan kegagalan polinasi, kandungan unsur hara kurang, cekaman air & temperatur atupun faktor fisiologis.

Pengendalian dengan fungisida Dithane 4 g/L air dalam dua termin yaitu dilakukan pada saat bunga betina terbuka dan pada 20-24 hari berikutnya.

10. Bacterial leaf stripe.

Penyebab yaitu Xanthomonas campestris pv. Arecae. Gejala daun terlihat bercak-bercak selebar 0.Lima-1.0 centimeter. Permukaan bagian bawah daun ditutupi oleh bakteri. Daun yang terserang menimbulkan bercak yg nir teratur berwarna putih keabuan atau kekuningan. Penyemprotan menggunakan antibiotik tetracyclin 1 g/dua L air yg dilakukan setiap dua minggu.

11. Mengecil (Band)

Penyebab penyakit ini belum diketahui. Gejalanya yaitu daun sebagai pendek, mengecil dan berbentuk sapu. Warna daun sebagai hijau tua, btg meruncing & jarak antar ruas btg memendek. Mahkota pohon bentuk misalnya berbunga mawar, sebagai akibatnya pembungaan menjadi nir sempurna, & produksi buah menurun. Pengendalian penyakit dilakukan menggunakan pemugaran drainase, penggemburan tanah. Pemberian campuran Copper sulfat menggunakan kapur perbandingan 1 : 1 dengan takaran 225 g per pohon per 6 bulan dapat memperbaiki kondisi lingkungan tumbuh.

12. Batang Berdarah (Stem bleeding)

Penyebabnya adalah Thielaviopsis paradoxa Von Hohn (Ceralostomelia paradoxa). Terjadi perobahan rona pada bagian yang terinfeksi di bagian btg dan jaringan lembut dan mengeluarkan cairan berwarna coklat gelap. Dugaan bahwa penyakit ini berkembang dampak air tanah yg dangkal & drainase tidak baik. Untuk menghindari agresi hama Xyleborus sp. Yang dapat masuk melalui lobang tersebut dilakukan penempelan dengan tar dan insektisida.

13. Buah Retak (Nut splitting)

Penyebabnya lantaran ketidak seimbangan fisiologis. Karakteristik penyakit ini terlihat menurut butir pinang yg retak-retak. Gejala yang dimulai dengan butir kekuningan waktu butir setengah matang atau tiga per empat bagian matang. Perbaikan drainase dan penyemprotan menggunakan Borax 2 g/1 l air dalam termin awal bisa menekan serangan penyakit.

Umumnya butir pinang akan terjangkit penyakit pada saat panen, prosesing sampai penyimpanan. Sumber infeksi terutama asal berdasarkan;

  1. Infeksi pada tanaman. Buah pinang yang berasal dari tanaman terserang penyakit buah pecah (nut spliting) akan mudah terserang juga oleh organisme sekunder seperti: Aspergiles sp. dan Penicilium sp
  2. Infeksi selama panen dan prosesing. Buah pinang yang biasanya panen kemudian terjatuh ketanah sering ditemukan adanya infeksi ke buah tersebut. Jenis cendawan yang ditemukan seperti Aspergillus niger, A. Flavus, Botryodiplodia theobromae dan Rhizopos sp. Kurangnya pemanasan selama proeses pengeringan awal tentu akan memudahkan tumbuhnya cendawan-cendawan tertentu.
  3. Infeksi selama pengangkutan dan penyimpanan. Buah pinang yang dipanen dan keranjang yang digunakan untuk menampung harus bersih. Demikian pula pada penyimpanan di gudang haruslah dalam keadaan yang terkontrol. Cendawan yang sering ditemukan pada proses pasca panen adalah Aspergillus niger arecae, Subramanella arecae.
Untuk pengendalian penyakit selama proses panen sampai di gudang atau tempat penyimpanan, menghindari kontak langsung buah pinang dengan tanah. Buah pinang sebaiknya dimasukan ke dalam karung goni polyetylen dan melakukan fumigasi ruang penyimpanan dengan ethylene dibromide.

Ada 2 cara pengendalian hama gudang:

  1. Pengendalian hama secara preventif yaiitu dengan cara spraying pada lantai, atap, dinding bagian dalam dan luar. Pestisida yang digunakan adalah pestisida yang bersifat residual dan pilih yang ramah lingkungan.
  2. Pengendalian hama secara kuratif yaitu dengan cara fumigasi. Prinsip fumigasi adalah mematikan hama yang ada pada waktu tersebut. Sering kali penanganan dengan cara tidak mempunyai residual effect sehingga setelah fumigasi selesai, komoditas akan mudah terserang kembali oleh hama.
Untuk Anda yang ingin sukses berkebun pinang secara intensif, pelajari dulu cara atauTeknik budidaya pinang secara intensif .

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel1

Iklan Bawah Artikel2