Pemerintah Baru Harus Prioritaskan Kualitas Ekonomi
GampongRT, Jakarta - Pemerintahan baru mendatang diharapkan tidak hanya mengejar angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun justru terjadi ketimpangan, akan tetapi pertumbuhan yang berkualitas dan adil.
Demikian pandangan Direktur Ekseskutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Hendri Saparini, di Jakarta, pekan lalu. Menurutnya, tekanan yg akan dihadapi Indonesia dalam tahun depan memang relatif akbar dampak berdasarkan planning kenaikan suku bunga bank sentral AS dan tekanan ekonomi Asia yg akan mensugesti pertumbuhan ekonomi.
Menurut Hendri faktor eksternal akan mensugesti pertumbuhan ekonomi Indonesia ditambah lagi struktur ekonomi makro yang sangat rentan. Sehingga pilihan-pilihan kebijakan yg bisa ditempuh sang pemerintah tidak poly dan semakin terbatas.
?Jadi pemerintahan yg akan datang wajib menomorsatukan kualitas pertumbuhan ekonomi. Karena memang pilihan kebijakannya tidak banyak buat mendorong pertumbuhan ekonomi. Jadi contohnya sama-sama lima,5% atau 5,6%, namun kemudian yg tidak menikmati pertumbuhan itu jauh lebih besar , itu tidak baik,? Kata Hendri.
Oleh karena itu, Hendri menyebutkan, inilah yang harus ditunjukkan pemerintah baru bagaimana mendorong sektor pertanian & sektor manufaktur, sebagai akibatnya disitulah lalu walaupun pertumbuhan ekonomi itu pada bawah lima,6% akan tetapi keadilannya merata. Namun nir misalnya sekarang ini, kata beliau, gerombolan yg bawah menikmati pertumbuhan ekonomi pada bawah dua%, tapi yang gerombolan pada atas itu menikmati pertumbuhan pada atas 6%.
Dengan demikian, yang terjadi merupakan kesenjangan yang lebar. Sehingga ke depannya sangat perlu memastikan ada rancangan pembangunan yg akan mengikutsertakan kelompok bawah tadi di pada pertumbuhan ekonomii.
?Jadi kita telah yakin bahwa yang kita pegang itu, rezim yg berikutnya, beliau sahih-benar sanggup melakukan aspirasi warga . Bahwa kita nir hanya mengejar nomor pertumbuhan. Yang akan datang itu nir boleh rezim pertumbuhan ekonomi, namun rezim ekonomi yg lebih adil. Nah, jadi itu yg harus diterapkan,? Tuturnya.
Dalam RAPBN 2015 pemerintah mengasumsikan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,6% atau lebih tinggi dibanding target APBN-P 2014 yg dipatok sebesar 5,5%. Padahal realisasi pertumbuhan ekonomi semester I-2014 saja hanya sebesar 5,17%. Dan secara kuartal, pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun ini hanya 5,12% atau semakin melambat berdasarkan kuartal pertama kemudian yang sebanyak lima,22%. (Ant)