Idul Qurban, Hari Kebebasan dari Keterikatan Dunia

 AFP Images
Dalam ulasan singkat ini akan dibahas mengenai filsafat berkurban di Hari Raya Idul Adha atau Idul Qurban yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah. Idul Qurban adalah hari penyerahan dan penghambaan kepada Allah Swt. Hari besar tersebut merupakan perayaan kedekatan kepada Tuhan Semesta Alam yang memiliki arti pemutusan segala bentuk keterikatan dan ketergantungan kepada dunia. Untuk itu, kami mengucapkan selamat Hari Raya Idul Adha 1435 H.

Tak diragukan lagi, masih ada poly misteri & poin-poin penting & informatif yg terkandung dalam aturan-aturan Islam. Ibadah haji jua meliputi serangkaian acara, ritual dan manasik khusus, di mana setiap menurut mereka mempunyai misteri & misteri masing-masing.

Salah satu amalan haji merupakan berkurban di Hari Raya Idul Adha. Terdapat poly pandangan mengenai filsafat penyembelihan hewan kurban. Mungkin dapat dikatakan bahwa keliru satu tujuan berkurban adalah menjadi cara buat menguji manusia atas harta dan kekayaannya pada jalan Tuhan.

Dalam tradisi berkurban, insan akan mempersembahkan sebuah hadiah berharga kepada oleh kekasih menggunakan penuh keridhaan. Ia akan memutus leher ketamakan dalam dirinya dan mengorbankan kekayaannya buat dikorbankan. Ketahuilah bahwa daging dan darah kurban tidak akan pernah hingga pada Allah Swt, tetapi yang hingga kepada-Nya merupakan ketakwaan dan kepatuhan orang yang berkurban, dan ketakwaan tersebut yang mengakibatkan ia tumbuh dan menjadi sempurna.

Dalam Surat Al-Hajj ayat 37, Allah Swt berfirman, ?Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak bisa mencapai keridhaan Allah, namun ketakwaan daripada kalianlah yang bisa mencapai keridhaan-Nya. Demikianlah Allah sudah menundukkannya buat kalian agar kalian mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya. Dan berilah liputan gembira pada orang-orang yg berbuat baik.?

Terkait betapa bernilai dan agungnya berkurban, Imam Ali as menyampaikan, ?Jika masyarakat mengetahui apa pahala berkurban pada Hari Raya (Idul Adha) maka mereka akan berhutang dan melakukan kurban, karena menggunakan tetesan pertama darah kurban, pelaku kurban akan diampuni dosanya.?

Hari Raya Qurban tiba sesudah perolehan makrifat di Arafah, penyadaran di Masy'aril Haram serta munculnya virtual dan harapan di tanah Mina. Idul Adha merupakan hari pembebasan berdasarkan segala jenis keterikatan & ketergantungan pada dunia, dan bebas menurut segala hal selain Tuhan. Pada hari ini, semua yg herbi global dikorbankan supaya menjadi ringan buat meniti jalan kedekatan pada Allah Swt. Dengan demikian, setiap orang harus mengoreksi dirinya tentang apa yang menyebabkannya bergantung pada global dan menjauhkan diri dari Tuhan.

Terdapat banyak rintangan, bahaya dan ujian berat dalam menelusuri jalan penghambaan pada Tuhan. Nabi Ibrahim as yang telah bertahun-tahun menanti kelahiran Ismail as mendapatkan ujian besar berdasarkan Allah Swt buat mengorbankan putranya tadi. Doa Nabi Ibrahim as buat mempunyai Ismail tertera pada Surat As-Saffat ayat 100. Allah Swt berfirman, "Ya Rabbku! Anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yg termasuk orang-orang yg saleh. "

Setelah menunggu selama bertahun-tahun, akhirnya Allah Swt menganugerahkan pada Ibrahim as seseorang putra bernama Ismail as. Namun saat beliau telah tumbuh dewasa & mencapai usia baligh, Allah Swt memerintahkan Ibrahim as untuk menyembelih Ismail as. Perintah tadi diperoleh beliau dari mimpi-mimpinya yang berulang kali.

Mengingat mimpi para nabi adalah sahih, maka Nabi Ibrahim as yakin harus melaksanakan perintah tersebut. Beliau mengutarakan mimpi itu pada putranya. Ismail as yg disifati pada al-Quran sebagai seseorang penyabar, mengamini apa yg diperintahkan oleh Allah Swt kepada ayahnya, Ibrahim as.

Peristiwa tersebut dijelaskan pada al-Quran Surat As-Saffat ayat 102. Allah Swt berfirman, "Maka tatkala anak itu hingga pada umur mampu berusaha beserta-sama Ibrahim, Ibrahim menyampaikan, "Hai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu!, maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab, "Hai bapakku, kerjakanlah apa yg diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang tabah."

Meski setan telah mengerahkan segenap upaya dan tipu dayanya buat menghalangi Nabi Ibrahim as mengerjakan perintah Allah Swt itu, namun setan permanen nir sanggup mencegahnya. Nabi Ibrahim as & Ismail as menetapkan buat melaksanakan tugas berat tadi & bergegas menuju tempat penyembelihan. Nabi Ibrahim as lalu menggesekkan pisau tajam ke leher Ismail as. Tetapi, setiap kali pisau itu digesekkan ke leher Ismail as, dengan izin Allah Swt pisau itu tidak mampu melukai lehernya. Nabi Ibrahim sangat terkejut menggunakan peristiwa itu.

Akhirnya Nabi Ibrahim as lolos atas ujian berat buat mencapai keridhaan Allah Swt. Berkat upayanya untuk bertekad memenuhi perintah Allah Swt dan nir menuruti bisikan-bisikan setan, beliau berhasil melalui ujian tadi dengan sukses & mencapai kedudukan yg tinggi di sisi Tuhan. Allah Swt memberikan pahala akbar pada Nabi Ibrahim as atas kesuksesan itu. Dalam Surat As-Saffat ayat 109-110, Allah Swt memuji Ibrahim as & berfirman, "Kesejahteraan (dari Kami) dilimpahkan atas Ibrahim." Demikianlah Kami memberi balasan pada orang-orang yang berbuat baik. "

Dengan mengingat & mengenang pengorbanan 2 jawara tauhid -Nabi Ibhrahim & Ismail as- Hari Raya Qurban sebagai simbol ketundukan kepada perintah-perintah Allah Swt yg dipertunjukkan kepada para pencari kebenaran. Hari raya tadi mengajarkan kepada kita bahwa orang yang beriman tidak hanya relatif membenarkan Keesaan Tuhan dan selebaran Nabi-Nya saja, tetapi pula sepenuhnya patuh dan tunduk pada-Nya.

Kalimat latif "Labbaik Allahumma Labbaik" yg dilantunkan sang para jamaah haji, pada dasarnya merupakan pernyataan ketundukan, kepasrahan, penyerahan & penghambaan kepada Tuhan. Hal tersebut selaras dengan apa yang dilakukan sang Nabi Ibrahim as. Dalam Surat al-An`am ayat 162, Allah Swt berfirman, "Katakanlah, "Sesungguhnya salatku, ibadahku (amal ibadahku, yaitu ibadah haji & lain-lainnya), hidupku & matiku hanyalah buat Allah, Tuhan Semesta Alam."

Berkurban mempunyai aturan-hukum & kondisi-kondisi tertentu. Orang yg melakukan kurban wajib Muslim dan memulainya menggunakan nama Allah Swt. Hewan kurban harus dihadapkan ke kiblat. Semua rapikan cara tadi memiliki makna dan simbol, tetapi hanya mempunyai satu tujuan, yaitu penghambaan pada Tuhan.

Menghadapkan fauna kurban ke kiblat mengajarkan kepada kita bahwa sebelum berkecimpung pada jalan kesempurnaan buat menuju kedekatan & keridhaan Allah Swt, kita wajib menemukan kiblat terlebih dahulu, yaitu arah kita buat menghadap-Nya. Artinya kita wajib berkecimpung hanya menuju ke arah Tuhan & mengabaikan arah lainnya. Kita melepaskan diri berdasarkan sentra kekuasaan, ketenaran & hawa nafsu lainnya.

Sementara orang yang melakukan kurban harus Muslim mempunyai arti bahwa Muslim adalah orang yg sudah hingga pada tahap penyerahan & ketundukan. Kita harus misalnya Nabi Ibrahim as, sebagai akibatnya kita sanggup menyembelih Ismail as menjadi simbol harta dan kekayaan yg paling kita cintai dan paling berharga dalam hidup kita.

Jika kita belum sampai pada tahap tunduk & patuh, kita nir akan memperoleh manfaat menurut berkurban. Sebab kurban tadi seperti hibah & persembahan yg diberikan oleh Habil dan Qabil pada Allah Swt. Persembahan Habil diterima lantaran ia sepenuhnya tunduk pada perintah-Nya dan memilih barang yang paling berharga untuk dikurbankan, ad interim bantuan gratis Qabil ditolak.

Idul Qurban merupakan peringatan atas epik pengorbanan Nabi Ibrahim & Ismail as dan hari buat mengenang insiden besar itu. Semua manusia pada setiap masa wajib bergabung pada kelas Ibrahim dan Ismail as menjadi pembimbing akbar tauhid. Mereka wajib merogoh pelajaran dari pengorbanan kedua insan agung tadi pada meniti jalan keridhaan Allah Swt. Sebab, melepaskan ketergantungan kepada dunia & jihad melawan hawa nafsu lebih sulit dibandingkan menggunakan menghadapi musuh konkret.

Sebagian mufassir menafsirkan arti ?Membunuh? Pada Surat al-Baqarah Ayat 54 merupakan membunuh hawa nafsu. Dengan demikian, berkurban dari pandangan irfan adalah misteri meninggalkan hawa nafsu dan berkiprah menuju keridhaan Allah Swt.

Amalan lain pada Hari Raya Idul Adha merupakan menaruh makan kepada orang lain. Amalan tersebut jua dalam rangka membenahi diri. Ketika seorang peziarah Baitullah memberikan hadiah kepada sahabatnya menggunakan penuh lapang dada dan cinta, maka dia sama halnya dengan mengekang hawa nafsunya. Ia akan terbebas berdasarkan kecenderungan-kecenderungan hawa nafsu yang merugikan dirinya & orang lain.

Sumber: IRIB Indonesia

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel1

Iklan Bawah Artikel2