"Angin Surga" di Desa Kaya Gas Alam
Petaka datang dalam akhir 1974. Ketenangan mulai terusik.
Image: http://energitoday.com/ |
Petaka datang dalam akhir 1974. Hidup rukun yang dijalani sebagai terusik dengan dibangunnya perusahaan gas terbesar pada Indonesia kala itu. Rakyat Blang Kancang digusur. Mereka dipaksa pindah menurut desanya menggunakan iming-iming ?Angin surga ?. Kebutuhan hidup mereka hingga anak cucu akan dipenuhi semua.
Mereka pun sepakat & pindah. Sebagian dari mereka menempati lokasi lain di Desa Ujong Pacu, sementara beberapa lainnya berpencar ke beberapa desa. Namun mereka mempersatukan diri dalam sebuah organisasi, Ikatan Keluarga Blang Lancang atau IKBAL.
Tak hanya mereka yang hidup, sejumlah makam miliki orang tua mereka pula pun digusur & tidak tau ditimbun di mana. ?Makam famili kami, orang tua kami juga dikerok. Kami nggak tahu ditimbun pada mana,? Kata salah seorang rakyat IKBAL.
Bukan tanpa alasan, kilang LNG Arun yg dibangun sang Pertamina menentukan lokasi Blang Lancang, lantaran letaknya yg sangat strategis. Terletak pada Pantai Utara Sumatera, Blang Lancang akan memberi kemudahan transportasi laut & pula berada dekat menggunakan ladang gas Arun.
Dalam page PT Arun ditulis, keputusan menciptakan LNG Arun dibuat sesudah ditemukannya keliru satu asal gas terbesar di dunia sebesar 17 triliun kaki kubik pada 1971 sang Mobil Oil Indonesia Inc. Mobil Oil yg telah merger dengan Exxon dan berubah nama menjadi ExxonMobil merupakan mitra usaha Pertamina atas dasar kontrak bagi output.
Dalam sejarahnya, sejak 1968 ExxonMobil telah melakukan kontrak bagi hasil menggunakan Pertamina buat pencarian asal-asal minyak berdasarkan perut Bumi di darat maupun pada tanggal pantai. Pada 1969, Mobil Oil mulai mengerahkan pencariannya di Aceh dengan fokus utama di Aceh Utara.
Perusahaan minyak Socony yg pernah beroperasi di Sumatera telah mendeteksi bahwa pada Aceh masih ada kandungan gas yang akbar jumlahnya.
Tidak Jelas
Pencarian oleh Mobil Oil yang dikoordinasi Pertamina Unit I dikonsentrasikan di Desa Arun, Kecamatan Syamtalira, Aceh Utara. Nama desa inilah yang kemudian disematkan dalam perusahaan yg diresmikan pengoperasiannya oleh Prseiden Soeharto kala itu.
Hari demi hari pun terus berlalu. Namun IKBAL tak kunjung memperoleh angin nirwana yang telah dijanjikan itu. Berkali-kali mereka melakukan aksi, tetapi sampai kini nir pernah ada kejelasan soal nasibnya.
Kini, PT Arun pun telah berakhir. Perusahaan raksasa itu sudah mengirimkan LNG terakhirnya ke negeri Gingseng, Korea Selatan, Rabu, 15 Oktober 2014. Sebelum dilepas, oleh Kapten Kapal, Lee Joung Kwon serta Chief Enginering, Hong Seong Ji Will juga ditepung tawari, sebuah tradisi menurut Suku Melayu.
Sekitar pukul 10.00, kapal bernama Hanjin Pyeong Taek itu pun meninggalkan dermaga. Tanda Lapagan Gas Arun purna tugas. Tetapi janji-janji "angin surga" itu belum terpenuhi pula. (ren)
Sumber: vivanews.Co.Id