Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibuk

Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibuk - Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibuk

Tuhan kita Maha Adil. Tetapi mengapa kita tak adil kepadaNya. Ketika ada SMS masuk, kita begitu bergegas membaca dan membalasnya, tetapi mengapa ketika Tuhan memanggi-manggil untuk menghapaNya kita begitu berani menunda-nunda?

Ketika bos kita memanggil, betapa takutnya kita sebagai akibatnya menggunakan cepat kita menghadapnya, namun saat panggilan Tuhan berkumandan, betapa berani dan lamanya kita buat menghadapNya. Padahal yang memanggil kita adalah Tuhanya bos, Atasannya atasan.

Dengarlah kalimat-kalimat muadzin yang berkumandan paling nir 5 kali sehari. Kalimatnya tak hanya mengajak kita buat melaksanakan shalat, tetapi disusul dengan tawaran kesuksesan. Hayya'alash shalah, merilah kita menunaikan shalat. Dilanjutkan dengan, Hayya'alal falah. Marilah meraih kemenangan.

Seolah Tuhan berkata, wahai insan, berhentilah berdasarkan rutinitas kerjamu, istirahatlah sejenak berdasarkan kesibukanmu. Shalatlah, & sambutlah kemenangan. Shalat, & sambutlah kesuksesan, Shalatlah, dan yakinlah kerjamu akan menjadikan keberasilan dan lebih berkah.

Tapi tidak, insan masih begitu pelit pada Tuhan, bahkan buat bersedekah pun kita menyisih-nyisihkan harta kita. Kita begitu boros buat global, namun untuk bekal kehidupan abadi, malah kita tabung harta yg tersisih. Jangankan sedekat, bahkan zakat yang hanya dua,5 % saja terkadang begitu berat terambil dari dompet & tabungan.

Bertapa kecilnya harga uang saat kita sedang berhadapan dengan penjual baju. Betapa murahnya angka satu juta saat kita sedang shopping, waktu berhadapan dengan sebuah hobbi. Bertapa kecilnya uang seratus ribu ketika kita beli pulsa, buat telepon, BBM, dan internetan.

Bertapa mahalnya uang seribu rupiah, waktu kita berhadapan dengan si fakir yang mengiba pinta. Bertapa akbar nilai uang seratus ribu rupiah dibawa ke mesjid buat pembangunan rumah Allah, namun betapa kecilnya bila dibawah ke mal buat dibelanjakan.

Ya Allah, tak sadar kita begitu pelit ketika dihadapkan dalam bekal akhirat, namun buat hawa nafsu dan hasrat duniawi, betapa ringan kita mengeluarkan isi dompet. Padahal seharusnya justru kebalikannya, pelitlah buat global, dan boroskan harta buat akhirat.

Ternyata, kita telah galat pada memaknai konsep kehidupan yg sesungguhnya. Ingatkanh kita, berapa lama kita bentah berkomunikasi dengan Tuhan. Terkadang lima mnt saja kita sudah meninggalkan imam sendiri. Tapi betapa singkat waktunya buat menonton sebuah film.

Bertapa nyamannya apabila pertandingan bola ada sepanjang waktu, namun bertapa tidak nyamannya ketika kita mendegar khutbah pada mesjid, mendegar pengajia disurau & menasah. Lama sedikit saja, kita telah mengeluh. "Ah, yg diomongin itu-itu sajadanquot;, padahal yang disampaikan itu, belum tentu kita sudah paham.

Padahal setiap orang begitu takut menggunakan azab Neraka, tetapi kelakuan-kelakuan sehari-hari kita. Seolah-olah sedang memohon buat dimasukkan ke neraka secepatnya. Padahal semua orang ingin dimasukan pada nirwana Allah, namun kalakuan-kelakuannya tiap hari justru menjauhkannya.

"Semua umatku akan masuk nirwana kecuali yang enggan memasukinya. Siapa yg mentaaiku akan memasuki surga , dan siapa yang mendurhakaiku, maka dialah orang yg engan masuk surga ." (HR. Bukhari).

Tuhan, Harap Maklumi Kami

Tuhan, harap maklumi kami, insan-insan yang begitu poly aktivitas. Kami benar-benar sibuk, sebagai akibatnya kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk-Mu. Tuhan, kami sangat sibuk, jangankan berjamaah, bahkan munfarid pun kami tunda-tunda. Jangankan rawatib, zikir, berdoa, tahajud, bahkan kewajibanMu yang 5 ketika saja telah sangat memberatkan kami. Jangankan puasa senin - kamis, ayyaamul baith, puasa nabi Daud, bahkan puasa Ramadhan saja kami sering mengeluh.

Tuhan, maafkan kami, kami tidak sempat bersyukur. Jiwa kami begitu rakus. Kami tidak kunjung puas dengan nikmatMu, sehingga kami kesulitan mencari-cari mana karuniaMu yg layak kami syukuri. Tuhan, urusan-urusan global kami masih amatlah banyak. Jadwal kami masih amatlah padat. Kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk mencari bekal menghadapMu. Tuhan, tolong, jangan dulu Engkau menyuruh Izrail buat merogoh nyawa kami, karena kami masih terlalu sibuk.

Tuhan, maaf, selama ini kami merasa sok sibuk. Padahal Engkaulah Yang Mahasibuk. Kami sering kali telat menghadapmu, padahal Engkau tidak pernah sekali pun telat memberi kami makan dan minum setiap hari. Kami tak jarang kali lupa menunaikan kwajibanku padaMu, padahal Engkau tidak pernah lupa menerbitkan mentari pada pagi hari. Kami seringkali lalai mengingatMu, padahal Engkau tidak pernah sekali pun lalai mempergilirkan siang & malam.

Setiap waktu keburukan kami naik disampaikan para malaikat kepadaMu, ad interim kabaikanMu setiap dtk tercurahkan pada kami.

"Allah, nir terdapat ilahi selain Dia, yg hayati abadi lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk & tidak tidur..." (QS. Al-Baqarah: 255).

Semoga Anda tidak merasa tersindir.

Diringkas dari kitab , "Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibukdanquot; karya Ahmad Rifa'i Rif'an.

Iklan Atas Artikel

Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel1

Iklan Bawah Artikel2