Prajurit RPKAD Tembak Mati 3 KKB Papua & Biarkan Mayatnya Tergeletak, Ternyata Ada Misi Terselubung
Loading...
Loading...
Seorang prajurit RPKAD, Sintong Panjaitan pernah menembak tewas tiga anggota gerombolan kriminal bersenjata atau KKB Papua dan membiarkan mayatnya tergeletak.
Namun, bukan tanpa alasan prajurit Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) itu melakukan hal ekstrim tadi.
Sintong Panjaitan memiliki tujuan terselubung yakni buat memberikan shock therapy.
Melansir berdasarkan buku 'Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' karya Hendro Subroto, kronologinya berawal pada lepas 13 Maret 1969.
Saat itu poly sekali rakyat Papua yg lari masuk hutan buat bergabung menggunakan KKB Papua.
Sintong Panjaitan & prajurit RPKAD lainnya mendapat perintah untuk mencegah hal itu.
Warga Papua lari ke hutan dampak hasutan dari KKB Papua sebagai langkah buat menggagalkan Penentuan Pendapat Rakyat atau Pepera.
Awalnya, pencegahan dilakukan dengan cara penghadangan dalam jalur keluar menuju hutan.
Sintong Panjaitan menilai, kunci pencegahan wajib dicari, sebagai akibatnya dengan sendirinya mereka nir mau masuk hutan.
Kunci pencegahan itu berupa shock therapy.
Menurut analisis Sintong Panjaitan, dampak kesulitan menerima makanan pada hutan, para rakyat yang lari ke hutan akan berkumpul di suatu tempat.
Maka mereka permanen dibiarkan lari masuk hutan.
Pada lepas 25 Maret 1969 masih ada laporan sekitar 80 pelajar yg lari ke hutan, berkumpul pada suatu loka pada tepi sungai Pami.
Pada pukul 01.00 hari berikutnya, patroli Prayudha tiga melakukan penyergapan & menembak mati tiga anggota KKB Papua.
Mayat mereka dibiarkan tergeletak di loka yang terbuka, sebagai akibatnya banyak orang yang melihatnya.
Bersamaan dengan peristiwa itu, Prayudha 3 membuatkan desas-desus yg menyebutkan bila mereka tidak menyerah, akan ditindak lebih keras lagi.
Sebagai hasil shock therapy itu, dalam saat empat hari sebesar 83 orang yg gabung ke KKB Papua menyerah pada Prayudha 3.
Selain itu terdapat juga pada antara mereka yg menyerahkan diri pada Kodim dan polisi setempat.
Perlu diketahui, aksi teror KKB Papua telah ada dari tahun 1964.
Lodewijk Mandatjan merupakan pimpinan KKB papua paling legendaris karena mempunyai ribuan anggota.
Namun, KKB Papua Lodewijk Mandatjan akhirnya menyerah secara baik-baik & bahkan bertemu menggunakan presiden Soeharto.
Berikut kabar-warta tentang pimpinan KKB Papua paling legendaris, Lodewijk Mandatjan, yg dirangkum menurut aneka macam sumber.
1. Memiliki 14 ribu pasukan
Lodewijk Mandatjan (kiri) jadi pendukung Indonesia sejati usai sadar pemberontakan yg beliau lakukan salah |
Lodewijk Mandatjan berhasil menghimpun 14 ribu pasukan buat melakukan aksi teror di tahun 1964-1967.
Dilansir menurut kitab 'Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' karya Hendro Subroto, KKB Papua Lodewijk Mandatjan melancarkan pemberontakan bermodal senapan-senapan tua peninggalan perang global 2.
Pada 28 Juli 1965, terjadi serangan ke asrama Yonif 641/ Cenderawasih Manokwari sehingga mengakibatkan tiga anggota Tentara Nasional Indonesia gugur dan empat lainnya luka-luka
Pertempuran makin sengit saat RPKAD (kini Kopassus) ditugaskan buat meredam pemberontakan KKB Papua ketika itu.
Kurang lebih 50 prajurit RPKAD yang baru mendarat di Papua pribadi ditugaskan buat menggempur KKB Papua.
2. Bukan bagian berdasarkan OPM
Berbagai penghadangan dilakukan kelompok KKB Papua Mandatjan di kecamatan Warmare dan Ransiki.
Aparat keamanan pada sana tidak relatif menanggulangi keadaan.
Motif pemberontakan Lodewijk Mandatjan bukan semata-mata ingin memisahkan diri dengan Indonesia.
Ia jua bukan bagian dari OPM.
Mandatjan memberontak lantaran buruknya keadaan ekonomi pada awal Irian Barat bergabung menggunakan Indonesia.
Bahkan Mandatjan sendiri adalah seorang pejuang Trikora yang merasa kecewa menggunakan Indonesia lantaran hal tadi.
Tiga. Menyerah berkat Sarwo Edhie Wibowo
Aksi teror KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan baru mereda selesainya Sarwo Edhie Wibowo turun tangan.
Hal ini berawal saat Sarwo Edhie Wibowo menjabat sebagai panglima Kodam XVII/Tjendrawasih (1968-1970).
Sarwo Edhie Wibowo saat itu mau tidak mau wajib menghadapi sepak terjang KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan.
Dalam menghadapi aksi teror KKB Papua saat itu, Sarwo Edhie Wibowo memadukan operasi tempur menggunakan operasi non tempur.
Menurutnya, taktik non tempur dipakai karena ia menganggap para KKB Papua masih merupakan saudaranya sebangsa dan setanah air.
"Kalau pemberontak kita pukul terus menerus, mereka niscaya hancur. Tetapi mereka adalah saudara-saudara kita. Baiklah mereka kita pukul, lalu kita panggil agar mereka balik ke pangkuan Ibu Pertiwidanquot; istilah Sarwo Edhie Wibowo pada kitab karya Hendro Subroto.
Untuk menghindari terjadi pertumpahan darah yang lebih poly, Sarwo Edhie Wibowo memerintahkan melakukan penyebaran puluhan ribu pamflet yang berisi seruan supaya KKB Papua kembali ke NKRI.
Sarwo Edhie Wibowo lalu memberi tugas pada perwira Kopassus Mayor Heru Sisnodo & Sersan Mayor Udara John Saleky buat menemui pimpinan KKB Papua yg bernama Lodewijk Mandatjan.
Tujuannya merupakan membujuk agar Mandatjan beserta anak buahnya mau balik lagi ke pangkuan NKRI.
Tanpa membawa senjata, Mayor Heru Sisnodo & Sersan Mayor Udara John Saleky berjalan kaki memasuki hutan buat menemui pimpinan KKB Papua itu.
Saat bertemu menggunakan Mandatjan, Mayor Heru Sisnodo menyampaikan: "Bapak nir usah takut. Saya anggota RPKAD (kini Kopassus). Komandan RPKAD yg ada pada sini anak butir saya. Dia takut sama aku . Kalau bapak turun menurut hutan, nanti RPKAD yang akan melindungi bapak."
Akhirnya, Mayor Heru Sisnodo & Sersan Mayor Udara John Saleky berhasil meyakinkan Lodewijk Mandatjan & anak buahnya.
Mandatjan bersama keluarga dan anak buahnya pun diantar turun ke Manokwari.
Saat bertemu menggunakan Mandatjan, Sintong Panjaitan mengungkapkan: "Bapak saya jamin, saya akan melindungi bapak menggunakan keluargadanquot;
Pemberontakan KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan pun sebagian besar telah terselesaikan, Kopassus tinggal melakukan penyisiran buat memburu sisa-sisa anggota KKB Papua lainnya
Dengan begitu, Sarwo Edhie Wibowo berhasil menerapkan taktik non tempurnya sebagai akibatnya tidak terjadi pertumpahan darah lebih poly.
Sumber :tribunnews.com