Kasus Novel Belum Menemukan Titik Terang, Polisi Kesulitan

Kepolisian belum menemukan titik terang dalam masalah teror terhadap Novel Baswedan. Korps baju coklat kesulitan mencari bukti. Salah satunya merupakan mengidentifikasi sidik jari pada cangkir yang dipakai pelaku buat menyiram air keras ke penyidik KPK ini.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono menyebut, polisi nir menemukan adanya sidik jari pada cangkir itu. Alasannya, "Namanya cangkir, gagangnya kecil. Kami tidak mendapatkan pada situ," ujar Argo pada Mapolda Metro Jaya, kemarin.

Selain cangkir, polisi mengantongi bukti foto orang yg diduga mengintai kediaman Novel sebelum menjalankan aksinya. Tetapi belum dipastikan apakah orang pada foto itu memang pelaku penyerangan Novel atau bukan. "Masih kami dalami balik ," papar Argo.

Hingga kemarin, tim khusus menurut Polda Metro Jaya, Polres Metro Jakarta Utara & Polsek Kelapa Gading telah memeriksa 19 saksi yg adalah tetangga penyidik KPK itu.

Kasus Novel Belum Menemukan Titik Terang

Mereka hendak mendalami tamu yg berkunjung ke kurang lebih perumahan loka tinggal Novel pada Kelurahan Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara. "Saksi-saksi ini yang perlu kami dalami berkaitan menggunakan kegiatan-kegiatan keluar-masuknya orang di perumahan korban," imbuhnya.

Selain itu, polisi pula masih menunggu output inspeksi Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polisi Republik Indonesia terhadap CCTV yang ada di lingkungan loka tinggal Novel.

Terpisah, Kadiv Humas Mabes Polisi Republik Indonesia Irjen Boy Rafli Amar menyebut, CCTV yang menjadi petunjuk, kurang jelas. "Kalau (gambar) CCTV kentara, lezat ," ujar Boy di Mabes Polisi Republik Indonesia, kemarin. "Ini peristiwa masih dini hari, mentari belum terbit, belum ada berita secara pribadi dengan insiden."

Rekaman CCTV pada kediaman Novel, sama sekali tak bisa mengidentifikasi wajah kedua pelaku. Bahkan, plat angka tunggangan pelaku saja nir bisa ditinjau dari rekaman itu.

Boy pun membandingkan dengan CCTV yg ada pada rumah korban perampokan Pulo Mas dalam athun baru 2017 lalu yang menewaskan sang empunya tempat tinggal , Dodi Triyono. "Peristiwa Pulomas, CCTV sangat jelas, memeriksa mobilitas-gerik pelakunya pada mana satu agak pincang. Itu memang diuntungkan," terangnya.

Sekalipun begitu, Boy menegaskan, kepolisian tak menyerah. Mereka terus melakukan pendalaman. Saat ini, penyidik tengah menyinkronkan seluruh fakta saksi-saksi menggunakan alat bukti lain.

Salah satunya, berdasarkan foto yg didapat polisi. Foto itu diambil Novel ketika merasa diikuti seseorang. "Selain Pak Novel sendiri, siapa nih yang mendukung yang menyatakan dua orang itu melintas pada situ (depan tempat tinggal ). Itu yang dikejar," tandas eks Kapolda Banten itu.

KPK sendiri berharap polisi segera menangkap pelaku teror terhadap penyidiknya itu. "Kami berikan apa yang diperlukan jika penyidik Polri membutuhkan," istilah Jubir KPK, Febri Diansyah pada Gedung KPK, kemarin.

Febri menyatakan, dengan ditangkapnya pelaku akan diketahui motif dan pihak yang berkepentingan dalam teror terhadap Novel. Tak hanya KPK, Febri menyampaikan, rakyat, terutama famili Novel sangat menantikan pengusutan yang dilakukan kepolisian.

Soal kondisi Novel, Febri melanjutkan, tim dokter membicarakan syarat Novel telah membaik dibanding waktu dibawa ke rumah sakit pada Singapura dalam Rabu (12/4) kemudian.

Tekanan mata kiri maupun kanan telah berangsur normal. Perusakan sel dampak air keras telah berhenti, ad interim di sisi lain sel jaringan bagian selaput mata pun sudah tumbuh, meski lamban. Lantaran pertumbuhan terjadi, dokter menyimpulkan selaput mata bagian putih tidak perlu operasi. "Tapi, bagian kornea belum ada pertumbuhan ketika ini. Kami berharap sel jaringan bagian (kornea) ini mengalami pertumbuhan jua," harap Febri.

Tim dokter, lanjut Febri, terus memantau syarat kornea mata yg terkena siraman air keras itu. Dalam seminggu ke depan, tim dokter akan mengevaluasi dan menetapkan perlu atau tidaknya melakukan tindakan medis terhadap mata Novel.

Jika dokter menetapkan operasi, Novel membutuhkan donor kornea. Donor bisa berasal menurut pihak keluarga ataupun pihak lain. "Bisa pula memakai artificial operation," imbuhnya.

Febri mengapresiasi dukungan & doa berdasarkan masyarakat terhadap Novel. KPK pula mengapresiasi pemerintah yg telah menaruh perhatian terhadap teror ini dan menanggung porto pengobatan Novel. Meski Novel masih dirawat intensif, Febri menegaskan, KPK tetap bekerja aporisma menuntaskan masalah-masalah yg sedang ditangani.

Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif semalam menyatakan, kedua mata Kasatgas masalah korupsi e-KTP itu rusak. Kerusakan dalam mata sebelah kiri Novel mencapai level empat dan yang sebelah kanan level tiga. "Tapi alhamdulillah saat ini Novel telah ditangani sang tim dokter ahli di Singapura," ucap Syarif di DPR.

Menurut beliau, Novel disiram oleh Asam sulfat, H2SO4, yg adalah asam mineral (anorganik) yang kuat. Akibatnya, terjadi kebakaran kimia pada kornea Novel. Tetapi menurut Syarif, proses pengrusakan itu telah berhenti.

Kini, dokter menunggu pertumbuhan dari sel-sel jaringan yg terdapat di ke 2 mata Novel. Apabila pertumbuhan sel itu berkiprah lambat, kemungkinan akan dilakukan pencangkokan kornea. "Mudah-mudahan tumbuhnya sel itu bisa lancar. Pertumbuhan sel sangat lambat kata dokter. Jadi jika lambat akan terdapat pencangkokan," harapnya.

Sementara Sekretaris Fraksi Partai Nasdem DPR, Syarief Abdullah Alkadrie menilai kinerja polisi lamban pada mengusut kasus ini.

"Kita minta Polisi Republik Indonesia bekerja lebih maksimal , gesit & cepat dalam pengungkapan perkara penyiraman air keras terhadap penyidik KPK," imbaunya, kemarin.

Syarief mengingatkan, sampai kepercayaan kepada Polisi Republik Indonesia ini semakin menurun. Apalagi ketika ini, kasus yg ditangani terkait teror terhadap penyidik KPK. "Profesional institusi kepolisian saat ini sedang diuji dan masyarakat menunggu hasil," ujar anggota Komisi V DPR itu. Syarief pun menyarankan presiden membangun tim independen buat meningkatkan kecepatan dan transparansi dalam penanganan dan pengungkapan kasus ini.

RMOL

Iklan Atas Artikel

Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel1

Iklan Bawah Artikel2